BANJARMASIN – International Conference On Sustainable Built Environment (ICSBE) atau Konferensi Internasional untuk Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan digelar di Kota Banjarmasin. Salah satu hot isu yang akan menjadi topik utama pembahasan dalam kegiatan di Hotel Golden Tulip Banjarmasin adalah tentang penataan Kota Banjarmasin, dimana kota berjuluk seribu sungai ini memiliki geografi berada di bawah permukaan laut dengan kepadatan penduduk cukup tinggi, sehingga perlu adanya masukan-masukan dari berbagai pihak termasuk para akademisi. “Kita sangat berkepentingan dan perlu masukan-masukan dari berbagai pihak, karena Kota Banjarmasin kondisinya berada di bawah permukaan air laut, dengan tingkat kepadatan penduduk sangat tinggi. Jadi penataan kotanya berbasis pada penataan sungai, dan ini perlu masukan dari berbagai pihak,” ujar Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina, Kamis (11/10).
Masukan yang diharapkan pemimpin Bumi Kayuh Baimbai itu adalah tentang bagaimana cara yang tepat membangun kota dan menghilangkan kekumuhan. “Kita ingin membangun dan menghilangkan kekumuhan. Ada dua pola, pertama kita gusur kemudian diganti dengan urbanisasi, atau dengan penataan tetapi tidak menggusur. Model seperti apa yang paling pas, jadi kita perlu masukan dari berbagai pihak,” katanya Dijelaskannya, selain masukan tentang bagaimana membangun dan menata kota, Pemko Banjarmasin juga berharap adanya masukan lain terkait master plan perencanaan pembangunan Kota Banjarmasin ke depannya.
Hal itu mengingat kondisi Kota Banjarmasin yang berdekatan dengan beberapa kabupaten dan kota lain, sehingga diperlukan sinergisitas dan terintegrasi dalam pembangunannya. “Kita ingin kawasan yang 98,46 km persegi ini juga terintegrasi dengan kota-kota lain yang ada di sekitar, seperti yang ada dalam konsep Banjarbakula, dimana ada 5 kota pendukungnya,” jelansnya.
Membangun di Kalsel khususnya di Kota Banjarmasin, terangnya lagi, berarti berbicara tentang sungai. Sebab, sungai yang melintas di kota ini juga melintas di kabupaten, kota hingga provinsi lain.
Makanya, bebernya, dalam Kongres Sungai Indonesia Ke III yang dilaksanakan diakhir tahun 2017 lalu, keluar rekomendasi yang dinamakan dengan Maklumat Banjarmasin. Salah satu isinya memuat tentang konsep pengembangan sungai yakni One River One Management. “ Jadi bila lintas kabupaten menjadi kewenangan provinsi, kalau lintas provinsi berarti menjadi kewenangan pusat. Tapi kondisi hari ini Sungai Barito atau Sungai Martapura sampahnya cukup banyak, dan Banjarmasin kondisinya berada di hilir, jadi apapun yang dikirim daerah di atasnya, akan kita terima dengan baik, terus sampai kapan kita mau membersihkan sungai, karena itu harus dicegah dari sumbernya, dan hal ini perlu ada kajian-kajian lintas kota lintas provinsi, termasuk juga dari teman-teman perguruan tinggi di akademisi, para peneliti,” tandasnya.
Makanya, bebernya, dalam Kongres Sungai Indonesia Ke III yang dilaksanakan diakhir tahun 2017 lalu, keluar rekomendasi yang dinamakan dengan Maklumat Banjarmasin. Salah satu isinya memuat tentang konsep pengembangan sungai yakni One River One Management. “ Jadi bila lintas kabupaten menjadi kewenangan provinsi, kalau lintas provinsi berarti menjadi kewenangan pusat. Tapi kondisi hari ini Sungai Barito atau Sungai Martapura sampahnya cukup banyak, dan Banjarmasin kondisinya berada di hilir, jadi apapun yang dikirim daerah di atasnya, akan kita terima dengan baik, terus sampai kapan kita mau membersihkan sungai, karena itu harus dicegah dari sumbernya, dan hal ini perlu ada kajian-kajian lintas kota lintas provinsi, termasuk juga dari teman-teman perguruan tinggi di akademisi, para peneliti,” tandasnya.
Rangkaian lain yang dilaksanakan dalam kegiatan yang berlangsung dari tanggal 11 sampai 13 Oktober itu adalah jamuan makan malam untuk para tamu ICSBE 2018 di Restoran Palui, Jalan Jafri Zam Zam, Banjarmasin, sekaligus penyerahan cinderamata dari Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina kepada Rektor UII, Wiryono Raharjo, Ph.D, serta empat orang keynote speaker. (humpro-bjm)
Posting Komentar