BANJARMASIN – Jendela Seribu Sungai. Sebuah novel karangan wanita asli Kalimantan Selatan, Miranda Seftiana berkolaborasi dengan produser film nasional, Avesina Soebli, hari Sabtu (15/09), secara resmi, diluncurkan. Buku setebal 303 halaman dicetak PT Gramedia itu, berkisah tentang masyarakat Banjar, Budaya Banjar, dan Budaya Suku Dayak Meratus. Rencanannya, buku berwarna sampul biru langit ini akan dijadikan film.
Bahkan, aktor kawakan, Mathias Muchus, yang spesial hadir dalam peluncuran perdana novel tersebut menyatakan, apabila nanti film yang diangkat dari Novel Jendela Seribu Sungai jadi diproduksi, maka para pemainnya, terutama untuk pemain anak-anak akan direkrut dari daerah ini. Tak hanya itu, kehadiran novel ini juga mendapat apresiasi langsung dari Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina.
Orang nomor satu di kota berjuluk seribu sungai ini pun menyatakan, novel karangan Miranda merupakan kado bagi Kota Banjarmasin yang pada tanggal 24 September nanti berusia 492. “Sebagai apresiasi kami dari Pemerintah Kota Banjarmasin sekaligus kami mengklaim ini adalah kado untuk Hari Jadi Kota Banjarmasin. Tahun ini kami juga ingin melaunching 4 buku salah satunya Manusia Sungai,” ujarnya, saat memberikan sambutannya diacara yang dilaksanakan di Toko Buku Gramedia, Duta Mall, Banjarmasin.
H Ibnu Sina yang datang bersama Ketua TP PKK Kota Banjarmasin Hj Siti Wasilah, saat itu juga mengungkapkan rasa kaget bercampur kagum, lantaran di kota ini ternyata banyak penulis muda berbakat. “Ternyata di kota ini banyak sekali penulis-penulis muda berbakat yang kemudian bisa mengangkat potensi daerah dan potensi lokal kita. Ini mudah-mudahan bisa mengulang sukses Film Laskar Pelangi karena dari novel kemudian nanti diangkat ke layar lebar. Mudah-mudahan itu menjadi sebuah branding baru untuk Kalimantan Selatan khususnya Kota Banjarmasin,” harapnya.
Miranda Seftiana. Mahasiswa Fakultas Kedokteran ULM semester akhir menuturkan, novel yang dibuat itu merupakan buku ke tiga puluh yang telah dikarangnya.
Miranda Seftiana. Mahasiswa Fakultas Kedokteran ULM semester akhir menuturkan, novel yang dibuat itu merupakan buku ke tiga puluh yang telah dikarangnya.
Untuk membuatan Novel Jendela Seribu Sungai, wanita berparas cantik dan murah senyum ini menyatakan, memerlukan waktu cukup panjang dan sebelum menulis terlebih dahulu ia melakukan riset kebeberapa tempat yang menjadi obyek tulisannya. “Ini novel basisnya riset. Hampir setiap karya itu perlu riset. Bahkan membuat cerpen pun perlu riset. Tapi bukan mengabaikan imajinasi, sebagai fiksi buku tetap perlu imajinasi tentu ada penambahan, ada pengurangan, ada drama dan sebagainya,” tuturnya.
Sementara itu, Mathias Muchus, menyatakan, Miranda merupakan seorang perempuan cerdas dan aset daerah yang harus dijaga. Karena, jelasnya, hasil dari buah tangan dan buah pemikirannya, bisa menginspirasi anak-anak di daerah ini. “Ini adalah kaum milenial yang diharapkan menggantikan kita nantinya, harapan kita ada di pundak anak seperti dia,” ujarnya.(humpro-bjm)
Posting Komentar